Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep).
Seorang manusia hampir-hampir tidak terlepas dari mimpi yang ia saksikan dalam tidurnya. Islam pun telah mensyari’atkan adab-adab yang berkaitan dengan mimpi. Ini merupakan bukti agung yang menunjukkan bahwasanya Islam adalah agama yang meliputi seluruh perkara agama dan dunia. Apakah mimpi itu baik ataupun buruk, selayaknya seorang Mukmin beradab dengan adab-adabnya. Diantara beberapa kaidahnya adalah:
A. Adab yang Berkaitan dengan Mimpi Baik
1. Memuji Allah Ta’ala
Rasulullah saw. bersabda:
إِذَا
رَأَى أَحَدُكُمْ الرُّؤْيَا يُحِبُّهَا فَإِنَّهَا مِنْ اللَّهِ
فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ عَلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا وَإِذَا رَأَى غَيْرَ
ذَلِكَ مِمَّا يَكْرَهُ فَإِنَّمَا هِيَ مِنْ الشَّيْطَانِ
"Jika
salah seorang diantara kalian bermimpi sesuatu yang ia sukai,
sesungguhnya itu berasal dari Allah, maka hendaklah ia memuji Allah dan
menceritakan mimpi tersebut. Adapun jika ia bermimpi yang selain itu,
yang tidak ia sukai, maka itu berasal dari syaitan."
2. Bergembira dengan Mimpi Baik
3. Tidak Mencerikatan Mimpi Baik kecuali kepada Orang yang Menyukainya
Nabi saw. memberi petunjuk:
الرُّؤْيَا
مِنْ اللَّهِ وَالْحُلْمُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ
شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَنْفُثْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
وَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا فَإِنَّهَا لَنْ
تَضُرَّهُ.........
"Mimpi
yang baik berasal dari Allah dan mimpi yang buruk berasal dari syaitan.
Barangsiapa melihat mimpi buruk, hendaklah ia meludah ke kiri dan
meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan. Niscaya (dengannya)
mimpi buruk itu tidak akan memudharatkannya. Janganlah ia memceritakan
mimpi itu kepada siapapun. Jika ia melihat mimpi yang baik, hendaklah ia bergembira dan janganlah menceritakannya kecuali kepada orang yang menyukai dirinya."
4. Menafsirkan Mimpi Baik dengan Sebaik-Baik Penafsiran.
Menafsirkan
mimpi dengan sebenar-benarnya akan melapangkan dada orang yang bermimpi,
Seorang Muslim dituntut untuk berharap baik dan berbaik sangka kepada
Allah Ta'ala dalam setiap keadaan. Adapun penafsiran yang baik akan
mendukung hal itu.
B. Adab yang Berkaitan dengan Mimpi Buruk
1. Meludah ke Kiri Tiga kali.
Ini dimaksudkan untuk mengusir syaitan karna mimpi tersebut berasal darinya.
2. Berlindung kepada Allah dari Syaitan yang Terkutuk
Yakni membaca ta'awudz, lafadnya: أعود بالله من السيطن الرجيم (A'uudzu billaahi minasy-Syaithaanirrajiim) "Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk."
3. Mengubah Posisi Tidur dari Posisi Semula
Ketika syaitan
mendatangi manusia, ia pun menghembuskan mimpi itu, sementara orang itu
sedang berada pada posisi tersebut. Maka dari itu, sebaiknya mengubah
posisi semula ke posisi yang lain. Mudah-mudahan perbuatan itu dapat
mengusir syaitan.
4. Memohon kepada Allah kebaikan Mimpi Buruk dan Berlindung kepada Allah dari Keburukannya
Kadang-kadang mimpi itu zhahirnya jelek, tetapi pada hakikatnya baik. Rasulullah saw. bersabda:
إِذَا
رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يَكْرَهُهَا فَلْيَتَحَوَّلْ وَلْيَتْفُلْ عَنْ
يَسَارِهِ ثَلَاثًا وَلْيَسْأَلْ اللَّهَ مِنْ خَيْرِهَا وَلْيَتَعَوَّذْ
مِنْ شَرِّهَا
"Jika
salah seorang dari kalian mimpi yang tidak ia suka, hendaklah ia
mengubah posisi tidurnya, meludah ke kiri tiga kali, memohon kepada
Allah kebaikan mimpi itu, dan berlindung kepada Allah dari keburukannya."
5. Bangun dan Mengerjakan Shalat Dua Raka’at
Rasulullah memerintahknnya dalam sebuah hadits, beliau bersabda:
الرُّؤْيَا
ثَلَاثٌ فَبُشْرَى مِنْ اللَّهِ وَحَدِيثُ النَّفْسِ وَتَخْوِيفٌ مِنْ
الشَّيْطَانِ فَإِنْ رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا تُعْجِبُهُ فَلْيَقُصَّ إِنْ
شَاءَ وَإِنْ رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلَا يَقُصَّهُ عَلَى أَحَدٍ
وَلْيَقُمْ يُصَلِّي.....
"Mimpi
itu ada tiga macam: Mimpi baik merupakan kabar gembira dari Allah,
mimpi sedih berasal dari syaitan, dan mimpi biasa yang dialami
seseorang. Maka jika salah seorang dari kalian melihat mimpi yang tidak
disukai, hendaklah ia bangun dan mengerjakan shalat, serta jangan
menceritakan mimpi itu kepada orang lain."
6. Jangan Menafsirkan Mimpi Buruk
Nabi saw. melarang menafsirkan mimpi buruk, sebagaimana telah dijelaskan pada adab keempat .
7. Jangan Menceritakan Mimpi Buruk kepada Seorangpun
Juga sabda Rasulullah saw.
إِذَا
رَأَى أَحَدُكُمْ الرُّؤْيَا يَكْرَهُهَا فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ
ثَلَاثًا وَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ ثَلَاثًا
وَلْيَتَحَوَّلْ عَنْ جَنْبِهِ الَّذِي كَانَ عَلَيْهِ
"Jika
salah seorang dari kalian melihat mimpi yang tidak ia sukai, hendaklah
ia meludah ke kiri tiga kali, meminta perlindungan kepada Allah dari
godaan syaitan tiga kali, dan mengubah posisi tidurnya dari posisi
semula."
C. Adab-adab lain yang Berkaitan dengan Mimpi
1. Tidak Menceritakan Mimpi kecuali kepada Seorang Ulama atau Penasihat.
Rasulullah saw. bersabda: "Janganlah menceritakan mimpi kecuali kepada seorang ulama atau orang yang bisa memberi nasihat."
2. Tidak Terburu-buru Menafsirkan Mimpi
Rasulullah saw. bersabda:
الرُّؤْيَا
عَلَى رِجْلِ طَائِرٍ مَا لَمْ تُعْبَرْ فَإِذَا عُبِرَتْ وَقَعَتْ قَالَ
وَالرُّؤْيَا جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ
قَالَ وَأَحْسِبُهُ قَالَ لَا يَقُصُّهَا إِلَّا عَلَى وَادٍّ أَوْ ذِي
رَأْيٍ
"Mimpi
itu berada di kaki burung selama tidak ditakwilkan. Maka jika
ditakwilkan, niscaya ia akan jatuh (terjadi)." Beliau bersabda:
"Janganlah menceritakan mimpi kecuali kepada orang yang menyukai dan
bijaksana."
3. Tidak Berdusta dalam Menceritakan Mimpi
Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ تَحَلَّمَ حُلُمًا كَاذِبًا كُلِّفَ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْنِ وَيُعَذَّبُ عَلَى ذَلِكَ
"Barangsiapa
menceritakan mimpi yang tidak ia lihat, niscaya ia akan dibebani untuk
mengikat dua biji gandum dan ia tidak akan mampu melakukannya."
4. Janganlah Seorang Hamba Mengabarkan kepada Orang Lain Permainan Syaitan ataas Dirinya dalam Mimpi.
Nabi saw. bersabda:
إِذَا لَعِبَ الشَّيْطَانُ بِأَحَدِكُمْ فِي مَنَامِهِ فَلَا يُحَدِّثَنَّ بِهِ النَّاسَ
"Jika syaitan mempermainkan salah seorang dari kalian dalam mimpi, maka janganlah ia menceritakannya kepada seorang pun."
Beliau juga
bersabda kepada seorang Arab badui yang bermimpi seakan-akan kepalanya
terputus lalu mengggelinding dan ia mengikutinya: لَا يُخْبِرْ النَّاسَ بِتَلَعُّبِ الشَّيْطَانِ بِهِ فِي الْمَنَامِ
"Janganlah engkau menceritakan kepada seorangpun permainan syaitan atas dirimu dalam mimpi."
"Janganlah engkau menceritakan kepada seorangpun permainan syaitan atas dirimu dalam mimpi."
5. Barangsiapa Melihat Nabi saw. Maka Sungguh ia Telah Melihatnya.
Nabi saw. bersabda:
مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فِي الْيَقَظَةِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ عَلَى صُورَتِي
"Barang siapa melihatku di dalam mimpi, maka sungguh ia telah melihatku. Sesungguhnya syaitan tidak mampu menyerupai bentukku."
6. Hendaknya Orang yang Menafsirkan Mimpi Mengambil Faedah dari al-Qur’an dan as-Sunnah
Bahwasanya Nabi
saw. telah menakwilkan susu dengan ilmu dan menakwilkan tali dengan
keteguhan memegang agama dan lain sebagainya. Maka seharusnya seorang
yang menjelaskan mimpi mengikuti Nabi saw. dalam hal ini semampunya.
Demikian juga mengambil faedah dari apa yang disebutkan dalam
kitabullah, berkaitan dengan takwil mimpi yang disebutkan dalam surah Yusuf.
No comments:
Post a Comment