Saturday, 6 December 2014

Adab Membaca Al-Qur'an

 

Al-Qur’an adalah kalamullah Ta’ala. Kalam-Nya secara hakiki yang diturunkan melalui Malaikaat Jibril yang terpercaya kepada Nabi Muhammad saw. Allah berbicara dengannya secara hakiki, bukan kata-kata hati atau yang selainnya. Contoh: Allah Ta’ala berfirman dalam salah satu ayat Al-Qur'an:

 وَإِنۡ أَحَدٌ۬ مِّنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٱسۡتَجَارَكَ فَأَجِرۡهُ حَتَّىٰ يَسۡمَعَ كَلَـٰمَ ٱللَّهِ
Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah,... (Q.S. At-Taubah: 6).
Tilawah/membaca Al-Qura’an wajib atas setiap Muslim, sebagaimana firman Allah Ta’ala: yang artinya: "..karena itu bacalah apa yang mudah [bagimu] dari Al Qur’an....:"  (Q.S. Al-Muzammil: 20). Membaca Al-Qur’an sesuai adab akan mendapat berkah dari bacaannya serta meraih pahala yang sempurna.
Beberapa Adab Membaca Al-Qur'an yang Diajarkan Diantaranya:

1. Niat yang Benar

Maksudnya adalah ikhlas karena Allah Ta'ala semata. Karena Allah telah bersabda:
......   وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ 
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam [menjalankan] agama dengan lurus..(Q.S. Al-Bayyinah: 5)
Rasulullah saw. juga telah bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلَ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
"Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak menerima suatu amal kecuali yang dilakukan dengan ikhlas semata-mata mengharapkan wajah-Nya."

2. Mengharapkan Pahala

Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
"Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah, maka baginya satu kebaikan. Setiap kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan miim satu huruf."

3. Membaca al-Qur’an dalam Keadaan Suci

Pahala menjadi lebih sempurna apabila seseorang membaca al-Qur'an dalam keadaan bersuci. Meskipun demikian, ia juga boleh membaca al-Qur'an tanpa berwudhu' jika ia membacanya dengan hafalan.

4. Bersuci ketika Hendak Menyentuh Mus-haf al-Qur’an

Nabi saw. bersabda:
 لاَ تَمُسُّ القُرْآن إِلاَّ وَأَنْتَ طَاهِرٌ
"Janganlah menyentuh al-Qur'an kecuali dalam keadaan bersuci.
Adapun menyentuh al-Qur'an tanpa berwudhu, terdapat perbedaan pendapat tentang hukumnya. Untuk kehati-hatian hendaknya berwudhu' ketika ingin menyentuh mushaf al-Qur'an. Mayoritas ulama mensyaratkan hal ini, meskipun ada sebagian ulama yang berpendapat bolehnya menyentuh mushaf tanpa berwudhu'.

5. Menghadap Kiblat

Boleh juga membaca al-Qur’an tanpa menghadap kiblat, tidak ada salahnya. Namun, menghadap kiblat lebih mendorong untuk khusu’ dan lebih utam daripada tidak menghadap kearahnya.

6. Membaca al-Qur’an dengan Duduk.

Maksudnya adalah untuk lebih menghormati kitabullah Ta’ala dan mengagungkan sya’ir-sya’irnya’ Jika seseorang membacanya dengan berdiri atau sambil  berjalan, hal itu juga diblolehkan. Sebab Rasulullah saw. Selalu berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaan.

7. Bersiwak                                                                                                           Tujuannya adalah untuk mengharumka bau mulut yang keluar darinya kalamullah Ta’ala. Dalam sebuah hadits Nabi saw. Bersabda: “Jika salah seorang dari kalian melakukan shalat malam, maka bersiwaklah. Sesungguhnya apabila salah seorag dari kalian membaca dalam shalatnya, maka Malaikat meletakkan mulutnya pada mulut orang tersebut. Tidaklah keluar sesuatu (bacaan al-Qur’an) dari mulutnya, melainkan akan masuk ke mulut Malaikat.

8. Membaca Secara Tartil

Tartil maksudnya adalah membaca secara perlahan-lahan (tidak terburu-buru), membetulkan lafadz dan huruf-hurufnya, serta menjaga hukum-hukum tilawah.
Allah Ta’ala berfirman: 
وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلاً 
  ... Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.....  (Q.S.Al-Muzammil: 4) 
 يَتۡلُونَهُ ۥ حَقَّ تِلَاوَتِهِۦۤ
....  mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya......,(Q.S.Al-Baqarah:121)

9. Membaguskan Suara Saat Membaca al-Qur’an

Nabi saw. Bersabda:
 زَيِّنُوْا اْلقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ فَإِنَّ الصَّوْتَ الْحَسَنَ يَزِيْدُ اْلقُرْآنَ حَسَنًا
“Hiasilah al-Qur’an dengan suara kalian. Sesungguhnya  suara yang bagus menambah bagus al-Qur’an”
Beliau saw. Juga bersabda:
 مَا أَذِنَ اللهُ بِشَيْءٍ مَا أَذِنَ لِنَبِيِّ حُسْنَ الصَّوْتِ يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ يُجْهِرُ بِهِ
Tidaklah Allah mendengarkan sesuatu seperti mendengarkan seorang Nabi yang bersuara merdu ketika membaca al-Qur’an dan mengeraskannya.

10. Menampakkan Rasa Sedih dan Khusyu’

Yakni berusaha untuk semampunya sedih dan khusyu’, bukan riya dan sum’ah serta bukan untuk dilihat orang lain. Sebab, perbuatan tersebut merupakan riya’, bahkan syirik yang dapat menghancurkan amal. Nabi saw. Bersabda:
إِنَّ أَحْسَنَ النَّاسِ قِرَاءَةً : الَّذِي إِذَا قَرَأَ رَأَيْتَ أَنَّهُ يَخْشَى اللهَ
Orang yang paling baik bacaan al-Qur’annya adalah yang jika ia membaca engkau melihatnya takut kepada Allah.

11. Menangis atau Menampakkan Seolah-olah Menangis

Selayaknya bagi seorang qaari’ untuk menangis semampunya ketiak ia membaca kalamullah Ta’ala. Jika ia tidak mampu, maka tunjukkan sikap seolah-olah ia menangis, yaitu berusaha menangis.
Allah Ta’ala berfirman: 
 إِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ مِن قَبۡلِهِۦۤ إِذَا يُتۡلَىٰ عَلَيۡہِمۡ يَخِرُّونَ لِلۡأَذۡقَانِ سُجَّدً۬ا (١٠٧) وَيَقُولُونَ سُبۡحَـٰنَ رَبِّنَآ إِن كَانَ وَعۡدُ رَبِّنَا لَمَفۡعُولاً۬ (١٠٨) وَيَخِرُّونَ لِلۡأَذۡقَانِ يَبۡكُونَ وَيَزِيدُهُمۡ خُشُوعً۬ا
Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, (107) dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi". (108) Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’. (109) (Q.S. al-Isra’: 107-109)
Tangisan itu merupakan bukti hadirnya hati ketika membaca al-Qur’an.

12. Tadabbur (Menghayati) dan Tafakkur (Merenungi Maknanya)

Yakni mengambil faedah dari bacaan al-Qur’annya,  kemudian merenungkannya.
Allah Ta’ala berfirman:
 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci? (Q.S.Muhammad: 24)

13. Memohon Rahmat, meminta Perlindungan Diri, dan Sejenisnya

Disebutkan bahwasanya apabila Nabi saw. Membaca ayat berisi ancaman, maka beliau berlindung darinya; apabila membaca ayat yang berisi rahmat, beliaupun memohonnya; dan apabila membaca ayat yang berisi pensucian Allah, beliau saw bertasbih.

14. Membaca denga Lisan Disertai Kehadiran Hati

Al-Qur’an merupakan jenis dzikir yang paling afdhal dan paling tinggi  secara mutlak, karena itu bacalah al-Qur’an dengan  hati dan lisan, hingga anggota badan ini turut berdzikir kepada Allah Ta’ala.

15. Memanjangkan Suara Saat Membaca (Sesuai Tajwid)

Ini akan membantu mentadaburi dan memikirkannya, serta menjauhkan kita dari sikap tergesa-gesa ketika membaca Al-Qur’an. Dikatakan dalam sebuah hadits, bahwa Nabi saw. Memanjangkan suara beliau ketika membaca al-Qur’an.

16. Tidak Berlebihan Ketika Membaca al-Qur’an

Seseorang yang terlalu memaksakan diri dalam membaca, ia membuka mulut lebar-lebar dan berlebih-lebihan dalam mempraktikan hukum-hukum bacaan (menurut anggapannya), maka rusaklah bacaannya, disamping berat bagi orang yang mendengarnya.

17. Tidak Menghatamkan al-Qur’an Kurang dari Tiga Hari

Nabi saw. Pernah bersabda kepada Ibu ‘Amr r.a.
اقْرَإِ القُرْآنَ فِي كُلِّ شَهْرٍ.... .لَا يَفْقَهُ مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ فِي أَقَلَّ مِنْ ثَلَاثٍ 
 “Khatamkan al-Qur’an dalam setiap bulan... tidak akan dapat memahaminya orang yang menghatamkannya kurang dari tiga hari.” Diriwayatkan juga dari Rasulullah saw. Bahwasanya beliau tidak pernah menghatamkan al-Qur’an kurang dari tiga hari.

18. Menjaga al-Qur’an dengan Selalu Membacanya

Rasulullah saw. Bersabda:

تَعَاهَدُوا هَذَا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنْ الْإِبِلِ فِي عُقُلِهَا
Ulang-ulangilah (hafalan) al-Qur’an. Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya al-Qur’an itu lebih cepat hilang dari hati manusia daripada unta yang terlepas dari ikatannya.”

19. Mengamalkan al-Qur’an

Pada dasarnya al-Qur’an diturunkan untuk diamalkan. Oleh sebab itu, barangsiapa membaca al-Qur’an namun tidak mengamalkannya, berarti ia telah meninggalkan al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman:
... مَثَلُ ٱلَّذِينَ حُمِّلُواْ ٱلتَّوۡرَٮٰةَ ثُمَّ لَمۡ يَحۡمِلُوهَا كَمَثَلِ ٱلۡحِمَارِ يَحۡمِلُ أَسۡفَارَۢا‌ۚ 
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya [1] adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal... (Q.S.Al-Jumu’ah: 5)

20. Berkumpul untuk Membaca al-Qur’an dan Mempelajarinya

Nabi saw. Bersabda:
ما اجتمع قوم في بيت من بيوت الله يتلون كتاب الله ويتدارسونه بينهم إلا نزلت عليهم السكينة ، وغشيتهم الرحمة وحفتهم الملائكة وذكرهم الله فيمن عنده 
Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah diantara rumah-rumah Allah, membaca kitabullah, dan mempelajarinya diantara mereka kecuali akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka dinaungi rahmat, dikelilingi para malaikat, dan Allah memuji mereka di hadapan para Malaikat yang ada di sisi-Nya.”

21. Membubarkan Diri Jika Terjadi Perselisihan Tentang  al-Qur’an

Rasulullah saw bersabda:
اِقْرَأُوْا الْقُرْآنَ مَا ائْتَلَفَتْ عَلَيْهِ قُلُوْبُكُمْ فَإِذَا اخْتَلَفْتُمْ فَقُوْمُوْا عَنْهُ
“Bacalah al-Qur’an yang akan menyatukan hati-hati kalian. Jika kalian berselisih, maka bubarlah.”

22. Tidak Mencari Dunia dengan al-Qur’an

Rasulullah saw. Bersabda: "Bacalah al-Qur’an, amalkanlah, jangan kalian remehkan dan berlebih-lebihan di dalamnya, serta jangan mencari makan dan memperbanyak kekayaan dengannya.”

23. Mengambil Sikap Pertengahan Antara Berlebihan dan Meremehkan

Maksudnya pertengahan dalam hal jumlah bacaan maupun tata caranya. Jika berlebihan dikhawatirkan akan bosan dan terputus (berhenti membaca lagi), sementara jika meremehkan, dikhawatirkan akan mendapat akibat buruk berupa terputus (ketidakpedulian) dari kitabullah Ta’ala.
Rasulullah saw. Bersabda:
أَحَبُّ الأَْعْمَال إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَل
“Amal yang paling disukai oleh Allah adalah yang dilakukan secara berkesinambungan meskipun sedikit.

24. Memperbanyak Membaca Surat-Surat yang Telah Disebutkan Keutamaannya.

Diantaranya: surat al-Baqarah, Ali-‘Imran, al-Kahfi, Bani Israil (al-Isra’), az-Zumar, Tabaarak (al-Mulk), al-Falaq, an-Nas, dan sebagainya.
Allaahu a’lam.


Sumber : disini 
Sumber gambar : disini

No comments:

Post a Comment