Al-Qur’an adalah kalamullah Ta’ala. Kalam-Nya secara hakiki yang diturunkan melalui Malaikaat Jibril yang terpercaya kepada Nabi Muhammad saw. Allah berbicara dengannya secara hakiki, bukan kata-kata hati atau yang selainnya. Contoh: Allah Ta’ala berfirman dalam salah satu ayat Al-Qur'an:
وَإِنۡ أَحَدٌ۬ مِّنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٱسۡتَجَارَكَ فَأَجِرۡهُ حَتَّىٰ يَسۡمَعَ كَلَـٰمَ ٱللَّهِ
Dan
jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan
kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman
Allah,... (Q.S. At-Taubah: 6).
Tilawah/membaca Al-Qura’an wajib atas setiap Muslim, sebagaimana
firman Allah Ta’ala: yang artinya: "... karena itu bacalah apa yang mudah [bagimu] dari Al Qur’an....:" (Q.S. Al-Muzammil: 20). Membaca Al-Qur’an sesuai adab akan mendapat berkah dari bacaannya
serta meraih pahala yang sempurna.
Beberapa Adab Membaca Al-Qur'an yang Diajarkan Diantaranya:
1. Niat yang Benar
Maksudnya adalah ikhlas karena Allah Ta'ala semata. Karena Allah telah
bersabda:
...... وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ
Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan
kepada-Nya dalam [menjalankan] agama dengan lurus..(Q.S. Al-Bayyinah: 5)
Rasulullah saw. juga telah bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلَ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
"Sesungguhnya Allah Ta'ala
tidak menerima suatu amal kecuali yang dilakukan dengan ikhlas semata-mata
mengharapkan wajah-Nya."2. Mengharapkan Pahala
Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ
قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ
بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ
وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
"Barangsiapa membaca satu huruf dari
Kitabullah, maka baginya satu kebaikan. Setiap kebaikan akan dibalas dengan
sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi
alif satu huruf, lam satu huruf, dan miim satu huruf." 3. Membaca al-Qur’an dalam Keadaan Suci
Pahala menjadi lebih sempurna apabila seseorang membaca al-Qur'an
dalam keadaan bersuci. Meskipun demikian, ia juga boleh membaca al-Qur'an tanpa
berwudhu' jika ia membacanya dengan hafalan.
4. Bersuci ketika Hendak Menyentuh Mus-haf al-Qur’an
Nabi saw. bersabda:
لاَ تَمُسُّ القُرْآن إِلاَّ وَأَنْتَ طَاهِرٌ
"Janganlah menyentuh al-Qur'an kecuali dalam
keadaan bersuci."
Adapun menyentuh al-Qur'an tanpa berwudhu, terdapat perbedaan pendapat
tentang hukumnya. Untuk kehati-hatian hendaknya berwudhu' ketika ingin
menyentuh mushaf al-Qur'an. Mayoritas ulama mensyaratkan hal ini, meskipun ada
sebagian ulama yang berpendapat bolehnya menyentuh mushaf tanpa berwudhu'.
5. Menghadap Kiblat
Boleh juga membaca al-Qur’an tanpa menghadap kiblat, tidak ada
salahnya. Namun, menghadap kiblat lebih mendorong untuk khusu’ dan lebih utam
daripada tidak menghadap kearahnya.
6. Membaca al-Qur’an dengan Duduk.
Maksudnya adalah untuk lebih menghormati kitabullah Ta’ala dan
mengagungkan sya’ir-sya’irnya’ Jika seseorang membacanya dengan berdiri atau
sambil berjalan, hal itu juga diblolehkan. Sebab Rasulullah saw. Selalu berdzikir kepada Allah dalam setiap
keadaan.
7. Bersiwak Tujuannya adalah untuk mengharumka bau mulut yang keluar darinya kalamullah Ta’ala. Dalam sebuah hadits Nabi saw. Bersabda: “Jika salah seorang dari kalian melakukan shalat malam, maka bersiwaklah. Sesungguhnya apabila salah seorag dari kalian membaca dalam shalatnya, maka Malaikat meletakkan mulutnya pada mulut orang tersebut. Tidaklah keluar sesuatu (bacaan al-Qur’an) dari mulutnya, melainkan akan masuk ke mulut Malaikat.”
8. Membaca Secara Tartil
Tartil maksudnya adalah membaca secara perlahan-lahan (tidak
terburu-buru), membetulkan lafadz dan huruf-hurufnya, serta menjaga hukum-hukum
tilawah.
Allah Ta’ala berfirman:
وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلاً
... Dan bacalah Al Qur’an itu
dengan perlahan-lahan..... (Q.S.Al-Muzammil: 4)
يَتۡلُونَهُ ۥ حَقَّ تِلَاوَتِهِۦۤ
.... mereka membacanya dengan
bacaan yang sebenarnya......,(Q.S.Al-Baqarah:121)9. Membaguskan Suara Saat Membaca al-Qur’an
Nabi saw. Bersabda:
Beliau saw. Juga bersabda:
زَيِّنُوْا اْلقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ فَإِنَّ الصَّوْتَ الْحَسَنَ يَزِيْدُ اْلقُرْآنَ حَسَنًا
“Hiasilah al-Qur’an dengan suara kalian.
Sesungguhnya suara yang bagus menambah
bagus al-Qur’an”Beliau saw. Juga bersabda:
مَا أَذِنَ اللهُ بِشَيْءٍ مَا أَذِنَ لِنَبِيِّ حُسْنَ الصَّوْتِ يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ يُجْهِرُ بِهِ
“Tidaklah Allah mendengarkan
sesuatu seperti mendengarkan seorang Nabi yang bersuara merdu ketika membaca
al-Qur’an dan mengeraskannya.”10. Menampakkan Rasa Sedih dan Khusyu’
Yakni berusaha untuk semampunya sedih dan khusyu’, bukan riya dan sum’ah
serta bukan untuk dilihat orang lain. Sebab, perbuatan tersebut merupakan
riya’, bahkan syirik yang dapat menghancurkan amal. Nabi saw. Bersabda:
إِنَّ أَحْسَنَ النَّاسِ قِرَاءَةً : الَّذِي إِذَا قَرَأَ رَأَيْتَ أَنَّهُ يَخْشَى اللهَ
”Orang
yang paling baik bacaan al-Qur’annya adalah yang jika ia membaca engkau
melihatnya takut kepada Allah.”11. Menangis atau Menampakkan Seolah-olah Menangis
Selayaknya bagi seorang qaari’ untuk menangis semampunya ketiak ia
membaca kalamullah Ta’ala. Jika ia tidak mampu, maka tunjukkan sikap
seolah-olah ia menangis, yaitu berusaha menangis.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ مِن قَبۡلِهِۦۤ إِذَا يُتۡلَىٰ عَلَيۡہِمۡ يَخِرُّونَ لِلۡأَذۡقَانِ سُجَّدً۬ا (١٠٧) وَيَقُولُونَ سُبۡحَـٰنَ رَبِّنَآ إِن كَانَ وَعۡدُ رَبِّنَا لَمَفۡعُولاً۬ (١٠٨) وَيَخِرُّونَ لِلۡأَذۡقَانِ يَبۡكُونَ وَيَزِيدُهُمۡ خُشُوعً۬ا
Sesungguhnya
orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan
kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, (107) dan
mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti
dipenuhi". (108) Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan
mereka bertambah khusyu’. (109) (Q.S. al-Isra’: 107-109)
Tangisan itu merupakan bukti hadirnya hati ketika membaca al-Qur’an.
12. Tadabbur (Menghayati) dan Tafakkur (Merenungi Maknanya)
Yakni mengambil faedah dari bacaan al-Qur’annya, kemudian merenungkannya.
Allah Ta’ala berfirman:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al
Qur’an ataukah hati mereka terkunci? (Q.S.Muhammad: 24)13. Memohon Rahmat, meminta Perlindungan Diri, dan Sejenisnya
Disebutkan bahwasanya apabila Nabi saw. Membaca ayat berisi ancaman,
maka beliau berlindung darinya; apabila membaca ayat yang berisi rahmat,
beliaupun memohonnya; dan apabila membaca ayat yang berisi pensucian Allah,
beliau saw bertasbih.
14. Membaca denga Lisan Disertai Kehadiran Hati
Al-Qur’an merupakan jenis dzikir yang paling afdhal dan paling
tinggi secara mutlak, karena itu bacalah
al-Qur’an dengan hati dan lisan, hingga
anggota badan ini turut berdzikir kepada Allah Ta’ala.
15. Memanjangkan Suara Saat Membaca (Sesuai Tajwid)
Ini akan membantu mentadaburi dan memikirkannya, serta menjauhkan kita
dari sikap tergesa-gesa ketika membaca Al-Qur’an. Dikatakan dalam sebuah
hadits, bahwa Nabi saw. Memanjangkan suara beliau ketika membaca al-Qur’an.
16. Tidak Berlebihan Ketika Membaca al-Qur’an
Seseorang yang terlalu memaksakan diri dalam membaca, ia membuka mulut
lebar-lebar dan berlebih-lebihan dalam mempraktikan hukum-hukum bacaan (menurut
anggapannya), maka rusaklah bacaannya, disamping berat bagi orang yang
mendengarnya.
17. Tidak Menghatamkan al-Qur’an Kurang dari Tiga Hari
Nabi saw. Pernah bersabda kepada Ibu ‘Amr r.a.
اقْرَإِ القُرْآنَ فِي كُلِّ شَهْرٍ.... .لَا يَفْقَهُ مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ فِي أَقَلَّ مِنْ ثَلَاثٍ
“Khatamkan al-Qur’an
dalam setiap bulan... tidak akan dapat memahaminya orang yang menghatamkannya
kurang dari tiga hari.” Diriwayatkan juga dari Rasulullah saw. Bahwasanya
beliau tidak pernah menghatamkan al-Qur’an kurang dari tiga hari.”18. Menjaga al-Qur’an dengan Selalu Membacanya
Rasulullah saw. Bersabda:
تَعَاهَدُوا هَذَا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنْ الْإِبِلِ فِي عُقُلِهَا
“Ulang-ulangilah (hafalan) al-Qur’an. Demi
dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya al-Qur’an itu lebih cepat
hilang dari hati manusia daripada unta yang terlepas dari ikatannya.”19. Mengamalkan al-Qur’an
Pada dasarnya al-Qur’an diturunkan untuk diamalkan. Oleh sebab itu,
barangsiapa membaca al-Qur’an namun tidak mengamalkannya, berarti ia telah
meninggalkan al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman:
... مَثَلُ ٱلَّذِينَ حُمِّلُواْ ٱلتَّوۡرَٮٰةَ ثُمَّ لَمۡ يَحۡمِلُوهَا كَمَثَلِ ٱلۡحِمَارِ يَحۡمِلُ أَسۡفَارَۢاۚ
Perumpamaan
orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada
memikulnya [1] adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang
tebal... (Q.S.Al-Jumu’ah: 5)20. Berkumpul untuk Membaca al-Qur’an dan Mempelajarinya
Nabi saw. Bersabda:
ما
اجتمع قوم في بيت من بيوت الله يتلون كتاب الله ويتدارسونه بينهم إلا نزلت
عليهم السكينة ، وغشيتهم الرحمة وحفتهم الملائكة وذكرهم الله فيمن عنده
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah
diantara rumah-rumah Allah, membaca kitabullah, dan mempelajarinya diantara
mereka kecuali akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka dinaungi
rahmat, dikelilingi para malaikat, dan Allah memuji mereka di hadapan para
Malaikat yang ada di sisi-Nya.”21. Membubarkan Diri Jika Terjadi Perselisihan Tentang al-Qur’an
Rasulullah saw bersabda:
اِقْرَأُوْا الْقُرْآنَ مَا ائْتَلَفَتْ عَلَيْهِ قُلُوْبُكُمْ فَإِذَا اخْتَلَفْتُمْ فَقُوْمُوْا عَنْهُ
“Bacalah al-Qur’an yang akan menyatukan
hati-hati kalian. Jika kalian berselisih, maka bubarlah.”22. Tidak Mencari Dunia dengan al-Qur’an
Rasulullah saw. Bersabda: "Bacalah al-Qur’an, amalkanlah, jangan kalian
remehkan dan berlebih-lebihan di dalamnya, serta jangan mencari makan dan
memperbanyak kekayaan dengannya.”
23. Mengambil Sikap Pertengahan Antara Berlebihan dan Meremehkan
Maksudnya pertengahan dalam hal jumlah bacaan maupun tata caranya. Jika
berlebihan dikhawatirkan akan bosan dan terputus (berhenti membaca lagi),
sementara jika meremehkan, dikhawatirkan akan mendapat akibat buruk berupa
terputus (ketidakpedulian) dari kitabullah Ta’ala.
Rasulullah saw. Bersabda:
أَحَبُّ الأَْعْمَال إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَل
“Amal yang paling disukai oleh Allah adalah
yang dilakukan secara berkesinambungan meskipun sedikit.”24. Memperbanyak Membaca Surat-Surat yang Telah Disebutkan Keutamaannya.
Diantaranya: surat al-Baqarah, Ali-‘Imran, al-Kahfi, Bani Israil
(al-Isra’), az-Zumar, Tabaarak (al-Mulk), al-Falaq, an-Nas, dan sebagainya.
Allaahu a’lam.Sumber : disini
Sumber gambar : disini
No comments:
Post a Comment